Tulisan ini saya ketik di hotel Royal Victoria, Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Saat itu saya diajak seorang rekan kerja (ahli geotek) untuk meninjau proyek pembangunan ruko dan perumahan di kota Sangatta ini.
Saya bertindak sebagai perencana struktur atas sedangkan rekan kerja saya sebagai perencana struktur bawahnya.Seperti yang sama-sama kita ketahui, kondisi tanah di Pulau Kalimantan, khususnya di Sangatta sebagian besar adalah rawa-rawa. Dengan daya dukung ijin yang kecil kami harus membangun ruko 3 lantai.
Selama ini, masyarakat setempat menggunakan tiang kayu ulin sebagai pondasinya. Kedalaman pondasi sekitar 16 meter dari muka tanah asli.
Tiang pancang kayu ulin yang saya gunakan adalah yang berukuran 10 x 10 cm. Dengan panjang 1 batangnya sekitar 4 meter. Sehingga dalam satu tiang pancang terdiri dari 4 batang.
Sebenarnya kayu ulin sudah sangat teruji. Apalagi jika kondisi terendam air terus menerus maka kayu akan semakin kuat.
Yang menjadi perhatian saya adalah teknik penyambungan dari tiang kayu ulin yang kurang sempurna. Sehingga dikuatirkan sambungan lepas ketika pemancangan.
Pemancangan dilakukan menggunakan hammer sederhana dengan 3 tiang penyangga dan mesin diesel sebagai penggeraknya.
Ini materi yang harus digali lebih banyak lagi. Di daerah-daerah di luar pulau Jawa, terutama bagian timur negeri ini, banyak sekali praktek-praktek penggunaan kayu/log kayu sebagai material pancang.
Terima kasih sudah mengangkat materi tentang kayu sebagai material tiang pancang
Terimakasih Informasinya, Mungkin di bagian daerah di indonesia penggunaan tiang pancang menggunakan kayu masih menjadi idola.